Nama
Anggota :
v Pandu Prasetya (14)
v Ragil
Triatmojo (16)
v Rahmawati
Yuniarko (17)
v Salma Nur
Arrifa (25)
Cerpen
Hasil Diskusi :
Gunung Singkong dan
Sahabat Setiaku
Masih
berbau tanah garapan kaki kecil itu. Seorang gadis yang membantu orang tua di
tanah garapan yang dipinjamkan oleh kepala dusun. Tentu tak seberapa besar buah
hasil dari tanah garapan itu, yang hanya tertancap kayu singkong. Dewi Cahya
namanya, anak sulung dari pasangan petani singkong.
Dengan segala keterbatasan dia
berusaha untuk menyambung sekolah, bagaimana tidak untuk keperluan sehari-hari
saja sering tak cukup. Walapun begitu dia masih dapat tersenyum, tersenyum
karena sahabatnya saat senja telah tiba. Pada waktu itu juga ayahanda datang
dengan salam istimewanya dengan pundak memikul singkong dari kebun. Setiap hari
ayahanda membawa singkong sepulang dari kebun, hingga menggunung benar tumpukan
singkong di samping rumah.
Dewi tak tahu mau diapakan tumpukan
singkong yang menggunung itu. Walaupun hampir setiap hari ibunda Dewi merebus
singkong tetapi tak kunjung berkurang juga singkong itu yang seakan singkong
itu dapat menggandakan diri. Dalam himpitan ekonomi yang sulit, Dewi berfikir
untuk memanfaakan singkong itu. Dia pun bercerita kepada Ani. Maka
dihasilkanlah sebuah ide dari pembicaraan mereka untuk membuat keripik
singkong.
Hari sudah berganti, pagi sekali
saat dedaunan masih meneteskan embunnya Dewi sudah melangkahkan kaki untuk
merajut ilmu di sekolah. Dengan bekal do’a dia berangkat menembus remangnya
jalan yang diselimuti putihnya kabut. Tak lupa Dewi menjemput Ani, sahabatnya.
Saat perjalanan merka melanjutkan perbincangan mereka kemarin sore. Mereka
berencana untuk mencari buku pengolahan singkong di perpustakan sekolah.
“Ani, bagaimana
jika sepulang sekolah kita mampir ke perpustaan sebentar?”, tanya Dewi kepada
sahabatnya.
“Hmm... baiklah.
Dengan senang hati aku akan menemanimu. Namun apakah kamu tidak membantu ayahmu
berkebun seperti biasanya?”
“Sebelum berangkat
sekolah tadi aku sudah meminta izin kepada ayah kalau hari ini aku akan pulang
lebih lambat dan tidak dapat membantunya.”
“Oke! Baiklah.”
Jam pulang sekolah puntiba meraka
langsung bergegas menuju perpustakaan dan mencari buku pengolahan singkong. Setelah
mereka mendapatkan buku yang diinginkan kemudian mereka menuju rumah Dewi.
Tanpa melepas baju putih abu-abunya mereka langsung mengabil peralatan. Dengan
panduan buku itu mereka mulai mengolah singkong. Walaupun peralatan yang
seadanya mereka sangat bersemangat untuk membuat keripik singkong. Akhirnya
merekapun menyelesaikannya. Tepat saat magrib telah berkumandang. Setelah
beribadah solat Magrib, mereka berbincang-bincang mengenai rencana untuk
menjual kripik singkong yang telah mereka buat.
“Alhamdulillah
usaha kita membuat kripik sigkong membuahkan hasil yang cukup baik.
Ngomong-ngomong kapan kita akan menjualnya?”. Ucap Ani
“Ohya, aku lupa
belum memikirkannya. Menurutmu bagaimana An?”.
“Bagaimana jika
besok pagi? Bukankah besok adalalah hari libur sekolah? Jadi kita bisa
berjualan dari pagi hari.” Saran Ani
“Ide cemerlang!
Oke aku setuju denganmu!”
Hari yang ditunggupun telah tiba.
Kebetulan sekali angka merah kalender ini bertepatan dengan rencana mereka
untuk berjualan sehingga mereka dapat berjualan sejak pagi. Namun Dewi masih
terbaring malas di kamarnya dan dia tersentak teringat rencananya untuk
berjualan. Dengan sigap dia langsung memenuju kamar mandi untuk membersihkan
diri. Tanpa peduli akan dinginnya air dipagi hari itu yang mungkin akan membuat
beku tubuhnya. Sesuai membersihkan dirinya, Ia lagsung bergegas menghampiri Ani
untuk berjualan bersama.
Berputar kampung mereka berjualan
menawarkan keripik hasil tangan mereka. Tetapi senjang antara harapan dan
kenyataan, ternyata banyak celaan terhadap keripik mereka. Sekejap harapan yang
tinggi sekarang berubah menjadi palung yang gelap nan dalam. Putus asa
menyelimuti hati Dewi untuk terus berusaha memenuhi kebutuhannya. Namun Ani
memberikan semangat untuk terus berusaha.
“Ternyata semua
tak seindah yang aku kira.” Kata Dewi yang mulai lelah.
“Ayolah! Kamu
jangan patah semangat seperti itu. Semua pasti ada jalan terbaik.” Sahut Ani.
“Nggak. Semua
sia-sia, mana ada orang yang mau membeli kripik singkong begini. Bagi mereka
ini makanan yang jadul. Mana mau mereka memakannya? Yang ada jika mereka
memakannya mereka akan di bilang Ndeso.”
“semua usaha
tidak ada yang sia-sia, Dew. Mungkin kita perlu membuat variasi pada makanan
yang kita jual agar banyak yang suka. Setuju gak?”
“apa kamu
yakin?”
“kenapa tidak?
Mencoba itu lebih baik daripada tidak mencoba sama-sekali!”
“Iya, kamu
benar! Lalu kapan kita akan mencobanya?”
“bagaimana kalau
minggu depan?”
“Siap Boss!”
Setalah
lelah berjualan mereka langsung bergegas pulang. Keesokan harinya, mereka bertemu
di sekolah dan terus melanjutkan rencana mereka untuk membuat suatu hal yang
dapat laris di pasaran. Berbagai sumber mengenai pengolahan singkong telah
mereka baca. Hingga pada akhirnya mereka menemukan cara membuat singkong aneka
rasa. Mereka lalu mencoba membuatnya kemudian menjualnya. Ternyata produk yang
mereka hasilkan kini cukup laris di pasaran bahkan permintaannya cukup banyak
sehingga mereka kewalahan membuatnya.
“Alhamdulillah
ya Dew, Inovasi kripik Singkong kita sukses besar!” Seru Ani saat sedang
membuat kripik singkong pesanan di rumah Dewi.
“Iya, An. Ini
semua berkatmu yang selalu menyemangatiku. Terima kasih banyak ya!”
“Sama-sama Dew,
Kita menghasilkan uang yang cukup banyak lho! Jadi kita dapat membayar uang
sekolahmu dan kamu tidak akan bersedih lagi seperti kemarin”
“Bagaimana untuk
bagianmu? Kamu kan selalu membantuku memproduksi kripik singkong ini. Tidak
adil jika aku tidak memberi bagian untukmu juga”
“Tidak usah,
untuk membayar uang sekolahmu saja Dew. Aku tidak mau kamu putus sekolah.
Lagipula aku akan sedih jika berpisah denganmu.”
“Sungguh? Kau
memang malaikatku An!”
“Ah kamu bisa
saja.”
Dengan
hasil penjualan yang memuaskan, mereka terus mengembangkan usahanya. Mereka
meneruskannya hingga setelah ia lulus SMA , kini usaha mereka sudah cukup
sukses bahkan memasuki pasar internasional. Melalui usaha yang di jalaninya
Hidup Dewi menjadi lebih terjamin dan persahabatan mereka tak pernah terputus.
------------------------------------------------Tamat-----------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar